3.1.1.
Pengertian Disiplin
Disiplin Dapat diartikan selalu belajar dan bekerja keras , selalu
melakukan pekerjaan dengan rasa penuh
tanggung jawab dan teratur. Selalu
mengetahui segala peraturan dan mematuhi tata tertib dalam lingkungan pergaulan sosial , biasa
menjaga ketertiban umum dan tata
pergaulan secara bertanggung jawab , selalu mematuhi norma norma yang
berlaku di sekolah, keluarga dan masyarakat .jadi nilai
esensial dari sikap disiplin adalah.
a. Belajar dan belajar secara tertib dan teratur serta bertanggung jawab.
b. Mematuhi segala peraturan dan tata tertib di lingkungan sekolah dan
dalam pergaulan sesama teman.
c. Menjaga ketertiban umum dan tata pergaulan secara bertanggung jawab.
d. Mematuhi norma norma yang berlaku di sekolah dan dimasyarakat untuk menjaga
keutuhan hubungan sosial.
Jadi dengan nilai kedisiplinan akan
berpengaruh dan menumbuhan efek
yang positif, sehingga akan menjadi
panutan di dalam lingkungannya.
Karena orang disiplin akan
menunjukan diri seperti; Berperilaku yang menunjukan dirinya berbeda
dengan yang lain, Berkepribadian yang kuat
tidak mudah goyah dan tidak mudah
terpengaruh oleh orang lain. dan selalu
menampilkan diri sesuai adat, budaya ,
dan sebagainya.
Disiplin dapat diartikan
Ø Melakukan suatu sebagai kewajiban yang dilakukan dengan tertib.
Ø Memanfaatkan
waktu untuk hal yang bermanfaat.
Ø Belajar secara
teratur.
Ø Mengerjakan
sesuatu dengan penuh tanggung jawab
Kedisiplinan ini adalah
sangat perlu dan mutlak untuk ditumbuh kembangkan. Karena tanpa
kedisiplinan apapun yang kita
kerjakan atau lakukan tidak akan mendapatkan suatu yang diharapkan. Jadi
kedisiplinan ini sebagai suatu syarat
dalam mencapai suatu cita cita. .
1. Disiplin disekolah .
Sekolah adalah tempat
dimana anak menuntut ilmu
pengetahuan. Yaitu sesuatu yang nantinya sangat dibutuhkan dan sangat berguna
untuk masa depan anak. Oleh karena itu
disekolah anak dididik, diajar, dan dilatih agar anak memiliki
seperangkat etika, pengetahuan dan ketrampilan. Usaha ini tidaklah serta
merta pasti tercapai , karena banyak hal
yang dapat mempengaruhi tercapainya suatu tujuan. Salah satu unsure yang sangat
penting demi tercapainya tujuan
pendidikan adalah sikap disiplin,
Sebagai
ilustrasi cermatilah ceritera berikut;
Siang hari yang panas terik, musim liburan
telah usai. Seorang siswa bernama Yogi
duduk termenung dibawah pohon
mangga. Setelah istirahat panjang yogi
menikmati ketenangan dibawah
rindangnya berbagai pohon sambil menikmati jajanan ringan. Tiba tiba Ia
dikagetkan dan sadar dari lamunannya. Ia melihat segerombolan siswa dikelasnya berjalan sambil komat kamit . Yogipun menyapa
dengan senyum tawa. Hai teman sejak
kapan kau gila !. Langkahmu lenggang
lenggok dan mulutmu komat kamit
seperti orang gila. Siswa itu pun menjawab. Yagi aku ini bukan
ortang gila, aku ini sedang menghafalkan
tugas yang diberikan guru, karena nanti akan ulangan. Si Yogi dengan
perawakannya yang gendut tersenyum
dan tertawa. Ooo Kalian ini sedang
belajar !.Ku kira kalian sudah tidak waras.
Dalam hati kecil para siswa itu berkata , Si Yogi tidak dapat melakukan
atau mengerjakan kewajibannya sebagai murid, ia terlena dengan kemewahannya, karena Ia termasuk orang yang
berada. Dan jarang / hampir tidak pernah ia melaksanakan atau mematuhi tata
tertib ataupun nasehat guru. Ia selalu
menentangnya. Apa yang dinasehati oleh guru selalu dianggapnya sebagai seatu
penghalang , sehingga iapun tidak pernah dengan iklas belajar, kalaupun ia
belajar Ia laksanakan dengan terpaksa.
Tibalah saatnya untuk
melakukan ulangan akhir semester . Pelajaran yang didapat dari awal
sampai ahir, dirasakannya sangat berat untuk dipelajari. Ia merasa bingung.
Hatinya berkata
pastilah teman termannya sudah
siap untuk menghadapi ulangan semesteran. Dan Ia berpikir- di dunia ini pasti ada
orang pintar dan bodoh. Dalam hal ini
saya cukup menggunakan sedikit
keberuntungan yang Ia miliki yaitu dengan memberi uang kepada teman
temannya, sehingga apa yang
kawatirkannya tidak pernah ditemui. Itulah gumamnya dalam hati.
Pada saat
mereka asik belajar bersama , mereka tidak menyangka bahwa Si Yogi
datang dengan wajah yang memelas.
Belum sempat ia bicara , salah satu diantara mereka mengingatkan bahwa , inilah orang yang pernah
mentertawakan kita . dan orang seperti ini pantas diberi pelajaran. Tanpa
pikir panjang iapun diusir dengan bahasa yang sangat halus. Dengan
sindiran itu Si Yogi sangat menyesali
dan Ia merasa sudah terlambat karena ia
memang tidak pernah disiplin dalam belajar. Tapi sayang penyesalannya terlambat, karena ulangan sudah
semakin dekat.
2. Disiplin Di Jalan.
Ilustrasi.
Tomblos
adalah sosok remaja desa yang tinggal
di kota.
Awalnya toblos masih lugu dan senang
bergaul dengan teman sebayanya, Tapi semejak
kepulangannya dari kota Ia
mengalami perbahan yang sangat drastis. Apa yang dikenalnya dulu, kini dilupakannya, sehingga banyak teman sepermainannya merasa heran atas perubahan sikap Si Tomblos. Tapi si
Tomblos cuek saja, itu dianggapnya sebagai kisal masa lalu yang tidak ada gunanya.
Demikian Si Tomblos dengan gayanya yang sangat urakan, membuat
warga desa yang dulunya mengenal sebagai
pemuda yang sopan , ramah, dan baik hati, kini berubah menjadi sebaliknya. Ia
selalu menjadi sumber keributan dan
selalu membuat ulah dijalanan. Ia sering kebut kebutan , mengabaikan rambu rambu lalu lintas , sehingga sering
membahayakan keselamatan pengguna jalan yang lainnya. Ia sudah sering berurusan
dengan petugas lalu lintas, dan Ia sadar hanya saat itu seja. Setelah berlalu ,
ceriterapun berubah. Ini dilakukannya
dalam waktu yang lama , sehingga
petugas dan masyarakat merasa
tidak nyaman karena ulahnya,
karena dapat mengganggu ketertiban dan
membahayakan warga disekitarnya, ahirnya polisipun turun tangan, untuk
mengadakan pengamanan dangan menangkap
Si Tomblos dengan hukuman penjara.
3.1.2. Mengidentifikasi sikap yang mencerminkan kedisiplinan.
Sudah disinggung pada uraian terdahulu bahwa; berdisiplin itu adalah
cerminan dari sikap bekerja keras,
selalu melakukan pekerjaan dengan rasa penuh tanggung jawab dan teratur, selalu mengatahui segala peraturan dan mematuhi tata tertib dalam lingkungan pergaulan sosial , biasa menjaga ketertiban
umum dan tata pergaulan secara bertanggung
jawab , selalu mematuhi norma norma yang
berlaku di lingkungan sekolah, keluarga
maupun masyarakat untuk menjaga keutuhan
hubungan sosial.
Secara rinci dapat disebutkan
tentang sikap atau perilaku yang mencerminkan kedisiplinan anta lain;
1. Belajar dan bekerja secara tertib
dan teratur serta bertanggung jawab.
2. Mematuhi segala
peraturan dan tata tertib dilingkungan
sekolah
dan dalam pergaulan
sesama teman.
3. Menjaga ketertiban umum dan tata pergaulan secara bertanggung jawab.
4. Mematuhi norma norma yang berlaku disekolah dan masyarakat
untuk
menjaga keutuhan hubungan sosial.
3.1.3.
Mengidentifikasi Bentuk Kedisiplinan.
Bentuk kedisiplinan
yang dikemukakan berhubungan
dengan nilai kebenaran yang dapat di amati seperti disiplin Berbicara, dan disiplin dalam
berbuat.
Disiplin bicara dapat di
identifikasi semua bentuk pembicaraan
yang merujuk pada norma norma yang ada. Misalnya
1.Disiplin dalam bicara. Dengan memperhatikan lawan
yang kita ajak bicara ,
seperti anak
anak, orang dewasa , orang tua dan sebagainya.
a. Berbicara
dengan lemah lembut.
b. Berbicara
yang sopan .
c. Berbicara
yang tidak menyinggung perasaan orang lain.
d. Berbicara
yang sesuai dengan kenyataan .
e. dan tidak
membicarakan keburukan orang
lain./fitnah.,
f. dll.
2. Disiplin
dalam berbuat,
a. Tidak
curang,
b.
Tidak menipu..
c. Tidak mengambil hak orang lain,
d.
Tidak memperkosa/berzina.
3.2.1. Pengertian Rasa Malu
Sebagai
anak yang berbudi pekerti yang baik adalah anak yang bisa mengembangkan rasa
bersalah jika kita melakukan kesalahan dan merasa malu akan perilaku dan perbuatan yang dilakukan bertentangan kaidah kaidah dan norma norma yang berlaku di masyarakat. Rasa bersalah
sebagai evaluasi diri dari
perilaku negatif yang telah dilakukan.
artinya; menyadari dan mengakui bahwa
perilakuknya berbeda dengan nilai moral
yang ada di masyarakat.
Untuk
mengatahui perbuatan kita benar atau salah , sehingga harus mengaku bersalah dan merasa bersalah , maka perlu
mengetahui kondisi kondisi sebagai
berikut.
a. kita perlu menerina dan
menyadari kenberadaan hukum hukum tertentu
yang ada dalam
masyarakat.
b. kita menerina kewajiban
mengatur perilaku dalam berbuat sesuai
dengan standar yang telah diterima
c. kita merasa bertanggung
jawab atas setiap penyelewengan dari
standar tersebut dan
mengaku bersalah atas tindakan
tindakannya.
d. Kita perlu memiliki
kemampuan mengkritik diri yang cukup untuk
menyadari ketidak
sesuaian perilaku dengan
ketentuan masyarakat.
e. Sering melakukan
instropeksi agar dapat bertindak
dan dan berbuat
senantiasa berjalan dalam hal kebenaran.
Rasa bersalah dan rasa malu merupakan
salah satu mekanisma psikologis yang
paling penting dalam proses penyesuaian
diri dan merupakan unsur penting bagi kelangsungan hidup . Rasa b ersalah dan
rasa malu merupakan alat yang paling
efisien dalam diri kita untuk menjaga
keselarasan perilaku dengan nilai moral masyarakat.
dari uraian diatas , maka rasa malu dan rasa
bersalah dalam mengendalikan budi
pekerti , adalah sebagai berikut;
a. Rasa bersalah dan rasa malu mampu menjaga perilaku negaif yang dilakukan ,
sehingga
kita dapat berperilaku baik dalam
kehidupan sehari hari.
b. Dengan adanya rfasa bersalah dan rasa malu , kita akan berhati hati dalam
berperilaku
, baik disekolah maupun diluar sekolah.
c. Rasa berslah dan rasa malu merupakan kesadaran budi luhur
dalam membawa
perilaku
kearah penyesuaian diri dengan
norma yang berlaku.
3.2.2. Mengidentifikasi
Munculnya Rasa Malu.
Sudah disinggung pada
uraian terdahulu, bahwa rasa malu itu semata mata merupakan
reaksi emosional yang tidak menyanangkan
yang timbul dari adanya penilaian negatif atas penyimpanga perilaku yang
kita lakukan. Penyimpangan ini sudah
barang tentu memberikan pengaruh yang jelek terhadap perilaku kita dalam
pergaulan sehari hari. Seperti;
a., Kurang menghormati dan
menghargai kedua orang tua, perintah , nasehat dan
amanat
dari kedua orang tua tidak ditaati.
b. Kurang menghormati dan
menghargai guru, apa dikatakan guru selalu
di tentang
.
c. Tidak menghormati para
pemimpin.
d. Kurang menyayangi keluarga ,
lingkungan keluarga di anggap musuh ,
tidak mentaati dan menurut
pada perintah dan nasehat orang yang lebih tua .
e. Berbicara yang kasar .
f. Kurang ada rasa kasihan pada orang yang
lemah, seperti orang cacat atau
orang
sakit.
g. Kurang menghormati tamu atau
orang tua .
Perilaku yang disinggung diatas sebagai suatu pelanggaran norma norma yang berlaku , baik norma
agama maupun norma norma masyarakat.
Sehingga menjadi perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang yang sering kita
lakukan merupakan gambaran dari kepribadian anti sosial atau gangguan perilaku, yang ditandai oleh gejala seperti;
a. Sering membolos dari sekolah
b. Terlibat kenakalan anak.
c. Di skors dari sekolah karena
berbudi pekerti yang buruk , seperti
merokok,
mabuk
mabukan dan membawa barang
terlarang.
d. Selalu berbohong kepada
kedua orang tua .
e. Berpergaulan bebas.
f. Seringkali melakukan
tindakan memalak,
g. Merusak barang milik orang
lain.
h. Prestasi merosot atau
menurun.
i. Sering melakukan
perkelahian.
Penyimpangan
perilaku diaatas dapat dianggap sebagai penyimpangan kepribadian,
yang dipicu oleh beberapa hal;
a. Keluarga tidak
utuh. ayah dan ibu berpisah, masing
masing membawa anak.
b. Kesibukan orang tua .
c. Hubungan pribadi antar anggota keluarga tidak
baik. ( sering cekcok ).
d. Lebih mengutakan memberikan materi dari pada kasih
sayang.
e. Perbedaan pola pembinaan keluarga yang tidak
sama antara kedua orang tua.
f. Sikap orang tua yang acuh terhadap proses
pendidikan keluarga.
g. Sikap orang tua yang kasar.
h. Campur tangan
dan perhatian yang berlebihan .
i. Kontrol yang tidak konsisten terhadap anggota
keluarga.
Demikian
juga kondisi sekolah yang tidak baik dapat mengganggu proses pembelajaran , yang pada gilirannya
dapat memberikan peluang berilaku menyimpang terhadap siswa . Kondisi sekolah yang dimaksud adalah
sebagai berukut;
a. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai.
b. Letak sekolah dengat dengan pusat keramaian.
c. Kualitas dan kwantitas guru yang tidak memadai.
d. Kwalitas dan kwantitas non guru tidak memadai,
seperti; tidak ada penjaga
sekolah, tidak ada guru BP
Dari
uraian diatas dapatlah dikatakan bahwa
perilaku yang baik akan membawa
kita ke jalan yang banar. Saling menyayangi, saling menghormati, saling
mengharagai. Sedangkan budi pekerti yang kurang baik akan membawa dampak negatif, juga sebagai
pemicu munculnya rasa malu.
3.2.3. Mengatasi Rasa Malu.
Sudah diuraikan pada
ulasan terdahulu bahwa; Rasa malu sebagai reaksi dari perubahan
lingkungan yang bersumber dari perilaku
diri yang negatif. dan karenanya kita
harus mawas diri, agar bagaimana rasa
malu itu tidak menimpa kita .Seiring
dengan rasa malu, ada beberapa
upaya yang harus dilakukan untuk
menghindari rasa malu
a. Menjalankan
sifat terpuji.
Sifat terpuji merupakan bagian dari perilaku yang menghindari munculnya rasa malu. Untuk mengatasi hal
tersebut haruslah benar benar dipikirkan apa dan bagaimana yang harus diperbuat agar tidak menimbulkan
rasa malu. Sebagai gambaran yang
menyangkut perihal perbuatan dapat
digambarkan sebagai berikut. “
1. Prtibadi yang selalu
mejaga harga diri dari perbuatan buruk.
2. Pribadi yang selalu
mejaga kesucian diri dari perbuatan yang dilarang
oleh agama.
3. Pribadi yang selalu
rajin dalam belajar dan bekerja tidak menjadi
orang pemalas.
4. Pribadi yang selalu
jujur dan terbuka , jauh dari perilaku pura pura .
5. Pribadi yang selalu
sabar , tidak cepat emosi dan prustasi.
6. Pribadi yang berani
membela kebenaran.
7. Pribadi yang sopan
santun dalam pergaulan.
8. pribadi yang mampu
menghormati sesama.
9. pribadi yang saling
menghargai.
10. dan lain lain.
b. Menjauhi safat tercela.
1. pribadi yang tidak pernah menyinggung
perasaan orang lain, Berkata
jorok,
2. Pribadi yang tidak suka memfitnah.
3. Pribadi yang tidak suka
bohong.
4.
Pribadi yang tidak pernah iri atau dengki
5.
Pribadi yang tidak mengadu domba.
6
.pribadi yang tidak buruk sangka
3.3.1. Pengertian Etos Belajar / Kerja.
Etos berarti ; Semangat kerja yang menjadi cirri khusus dan keyakinan seseorang atau sekolompok masyarakat tertentu. Dilihat
dari pengertian tersebut
terinpirasi adanya perbedaan yang
mencerminkan kekhasan dari suatu daerah, sebagai cirri khas sebagai budaya dari
masyarakat tertentu . Namun ke khasan itu
tidak secara implicit menunjukan perbedaan, tetapi dapat menjadi warna dari aspek budaya .
Jadi pengertian etos belajar atau kerja adalah identik dengan budaya yang
berlaku di daerah daerah , namun menunjukan kesatuan semangat dan tujuan, dengan cirri cirri sebagai
berikut:
Ø
Berpikir jauh kedepan yaitu, Biasa berpikir
dahulu sebelum berbuat , berpikir untuk
kepentingan sekarang dan yang akan datang.
Ø
Berkemauan keras, Biasa memilikiu kemauan keras dan kuat serta rajin belajar , dan berusaha dengan
sungguh sungguh untuk mencapai cita
cita.
Ø
Gigih yaitu memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai cita citanya , biasa belajar
dengan sungguh sungguh , dan tidak putus asa dalam belajar.
Ø
Kreatif yaitu; Biasa mengisi dan mempergunakan waktu luang , dengan kegiatan yang
bermanfaat dan biasa membuat ide ide
yang baru.
Ø
Menghargai waktu
yaitu; bersikap dan berperilaku teratur
dengan menggunakan waktu yang tersedia
dan mengihindari sikap yang menyia nyiakan kesempatan ; biasa tidak
menunda pekerjaan atau tugas , dan
selalu menggunakan waktu untuk kegiatan
yang bermanfaat.
Ø
Percaya diri yaitu; Sering menunjukan sikap dan berperilaku mantap dalam melaksanakan pekerjaan sehari hari dan tidak mudah terpengaruh oleh ucapan atau perbuatan orang lain.
Ø
Tertib yaitu; Berupaya untuk mengatur
perilaku yang tidak bertentangan dengan
tata tertib.
Ø
Dll.
3.3.2. Manfaat Etos kerja /
Belajar.
Sesuai
dengan kriteria dan cirri cirri yang dimiliki oleh orang yang mempunyai semangat belajar /kerja
yang tinggi , dapat di identikkan dengan orang yang terbiasa melakukan
sesuatu pekerjaan untuk
memanfaatkan waktu yang tersedia. Dan
itu berarti mampu menjauhkan diri dari sifat bermalas malasan . kita harus
rajin belajar dan bekerja untuk
meningkatkan kemampuan diri sebagai
bekal dalam kehidupan. Sebab pola pikir
, pola sikap , dan pola perilaku tidak
akan datang dengan sendirinya, melainkan
harus diupayakan dengan rajin belajar.
Sikap
rajin sebagai suatu kebiasaan yang harus dipupuk dengan memanfaatkan waktu luang , bekerja
sama dalam melakukan tugas sehari hari , rajin memecahkan masalah yang dihadapi dan lain sebagainya.
Rajin
sebagai perilaku giat , yang mengarah pada suatu tujuan , secara umum rajin
digambarkan sebagai hubungan antara
upaya dengan hasil nyata melalui kegiatan yang nyata. Sehingga dengan sikap yang rajin
akan mampu merubah pola pikir dan paradigma hidup sebagai manusia, dan mampu mengimplementasikan sikap , sehingga membentuk pola sikap dengan bercirikan;
Ø
Mampu mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan tepat
waktu.
Ø
Dapat memanfaatkan waktu luang dengan sebaik
baiknya.
Ø
Menggali pengetahuan dedngan mengadakan penelitian .
Ø
Menganalisis berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Ø
Merealisasikan ide dengan gagasan dalam pekerjaan .
Ø
Melakukan berbagai percobaan sesuai dengan
pekerjaan.
Ø
Mencatat berbagai temuan dalam penelitian.
Ø
Mendiskusikan dengan teman , jika ada masalah
yang tidak terpecahkan.
Ø
Banyak bertanya jika banyak yang tidak
diketahuinya.
Ø
Dll.
3.3.3. Mendeskripsikan
Hubungan Etos belajar / Kerja Dengan
Kesuksesan.
Jalan
menuju kesuksesan biasanya banyak
hambatan dan godaannya, sehingga
pekerjaan yuang biasanya mudah , ringan, dan menyenangkan menjadi terasa sukar, berat dan menjengkelkan
, semua perasaan yang baik baik berubah
menjadi perasaan yang jelek akibat dari
godaan setan, yaitu sikap malas.Karena malas sebagai suatu penyakit yang sering hinggap pada diri manusia. Kita
harus dapat memerangi sikap malas , dan menggantikannya dengan sikap yang
rajin. Rajin bekerja harus kita usahakan , bila perlu kita paksakan agar
menjadi suatu kebuiasaan. Ada
beberapa kiat - kiat untuk /sebagai memotifasi untuk merubah kebiasaan , agar menjadi
rajin belajar dan bekerja.
Ø
Yakinlah apapun yang kita kerjakan , asal sesuai dengan ajaran agama tentu nanti akan
membawa phahala yang baik.
Ø
Cintailah pekerjaan dengan sepenuh hati .
sehingga pekerjaan selalu menyenangkan.
Ø
Lakukan pekerjaan dengan penuh iklas, sehingga
seberat apapu pekerjaan akan terasa
ringan.
Ø
Pergunakanlah waktu dengan sebaik baiknya , dan
janganlah menunggu hari esok.
Ø
Janganlah melakukan suatu pekerjaan dengan keinginan
untuk selalu mendapatkan ibalan,
atau mendapat pujian dari orang lain.
Ø
Dll.
Jadi dapat
disimpulkan , bahwa antara etos kerja dengan kesuksesan
sangatlah erat,tidaklah mungkin
bahwa kesuksesan itu sebagai
hadiah dari pebuatan kita dalam
kehidupan yang terdahulu, Itu hanyalah
suatu pradigma yang dapat
melunturkan semangat belajar atau kerja.
Dan janganlah mempunyai anggapan pada suatu hal yang tidak dapat di percaya
kebenarannya. Belajar dan belajarlah terus untuk dapat memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan , yang sangat berguna dalam mengatasi segala
kesulitan hidup.
3.4.1. Menjelaskan pengertian Keterbukaan.
Keterbukaan
dapat diartikan sebagai suatu sikap mau menerima
nasehat, baik dari orang tua
maupun orang lain, serta
menghindari sikap keras kepala dan
menutup diri. Juga dapat diartikan
bahwa keterbukaan itu menghilangkan rasa kecurigaan, buruk sangka, dan menghilangkan fitnah. Pengertian
keterbukaan juga dapat diidentikan
dengan istilah demokrasi, karena
didalamnya terdapat unsure
pengertian menghargai kebebasan. Seperti kebebasan dalam memeluk agama yang
diyakininya, Kebebasan dalam melakukan ibadah agamanya, Kebebasan untuk
menyalurkan sapirasi , Kebebasan dalam
melakukan usaha , Dll. Atau juga
pengertian keterbukaan itu identik juga dengan pengertian Toleransi,
yaitu sikap saling menghargai antara
satu dengan yang lainnya.
Dari pengertian tersebut dapat
digambarkan bahwa keterbukaan adalah unsur
yang sangat penting dalam hidup bermasyarakat.karena dalam kehidupan social
masyarakat terdiri dari banyak latar belakang budaya . seperti dalam
berkeyakina, berkesenian, serta dalam pola hidup yang berpariasi antara satu
orang dengan yang lainnya. Dalam mkeadaan nseperti inilah kita membutuhkan suatu kearifan dalam menyikapi budaya tersebut, agar tidak terjadi suatu
benturan yang berakibat terjadinya keretakan dan perpecahan , sehingga bukan
tidak mungkin akan terjadi suatu
permusuhan yang berkepanjangan, yang mengancam keutuhan dan menimbulkan kehancuran.
Dengan
dasar inilah bahwa sikap yang mendasar
yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk bagaimana dan apa yang menjadi
kunci terhadap kelanggengan suatu
hehidupan masyarakat yang majemuk, haruslah disadari bahwa keterbukaan adalah sikap yang arif dan
bijaksana. Janganlah memandang
keberadaan budaya seseorang menjadikan perbedaan diantara kita. Kita
haruslah bijak dalam menentukan
sikap untuk dapat menjaga keutuhan dalam
perbedaan. Sikap keterbukaan inilah yang menjadi jawaban tentang bagaimana
harus kita berbuat untuk keutuhan itu. Banyak aspek dalam kehidupan social yang memerlukan sikap keterbukaan ini.
3.4.2. Menyebutkan Perilaku Yang
Mencerminkan Keterbukaan.
Keterbukaan
adalah sikap yang diimplentasikan atau diwujudnyatakan dalam kehidupan bersama
dalam mesyarakat. Janganlah mengkeramatkan ajaran agama yang menganggap orang selain dirinya adalah
berbeda. Sikap seperti ini justru akan
dapat memicu munculnya
perselisihan antara antar umat
beragama. Karena adanya pandangan
tentang kualitas agamanya lebih baik dari agama orang lain. Sikap ini tentu
bertentangan dengan nilai nilai pancasila maupun yang lainnya. Oleh karena
itu bercerminlah bahwa kalau kita
mempertentangkan perbedaan sangatlah
fatal akibatnya. Bawa manusia apapun agamanya , itu hanyalah suatu keyakinan
hidup pada ajaran suci yang diwahyukan oleh sang
pencipta. Keyakinan itu akan memberi rasa
terhadap jalan yang di tempuh
mencapai kesempurnaan itu. Dengan demikian jangan memandang agama hanya dari satu sisi, tapi pandanglah
agama sebagai jalan untuk kesempurnaan
hidup di dunia maupun di ahirat. Jadi
dapat di gambarkan bahwa perilaku yang
mencerminkan keterbukaan adalah seperti
berikut;
Ø
Sikap Tenggang rasa yaitu memberi kesempatan
kepada orang lain untuk berbuat sesatu,
menghindari sikap mengganggu dan
berusaha tidak menyinggung perasaan orang lain.
Ø
Beradab yaitu, Terbiasa mengiucapkan
permisi atau maaf apa bila lewat didepan orang lain , dan terbiasa menghargai
kebaikan orang lain.
Ø
Baik sangka, Sering berpikir positif , bersikap
optimis dan mempunyai anggapan baik
terhadap orang lain.
Ø
Berkepribadian, yaitu biasa mengucapkan salam atau tegur sapa apa bila bertemu dengan orang lain, membuang
sifat buruk seperti keras kepala dan
licik.
Ø
Empati yaitu, Merasa sedihy melihat orang
lain yang mendapat musibah dan menghinadi sikap masa bodo.
Ø
Iklas yaitu merasa rugi jika tidak dapat
menolong orang lain.
Ø
Koperatif yaitu, Senang bekerja sama dengan
orang lain tanpa pilih kasih.
Ø
Pemaaf yaitu, Menunjukan sikap dan perilaku memaafkan kesalahan orang lain dan menghindari sikap dendam.
Ø
Dll.
3.4.3. Keterbukaan Dalam Hidup
Bermasyarakat.
Keterbukaan
dalam hidup bermasyarakat adalah bagian dari
pola hidup kebersamaan , D emokrasi serta toleransi, tidak
memandang perbedaan dalam beragama,
dalam beraktifitas maupun dalam
berorganisasi. Memandang manusia sebagai satu kesatuan yang utuh , tidak
terkotak kotakan oleh budaya ,
sehingga terwujudlah pola kebersamaan dalam
hidup untuk mencapai tujuan
bersama.
Sangatlah indah jika kita dalam
hidup ini , dapat menikamati indahnya
kerukunan hidup bersama, tiada beban dan
masalah , semua berjalan dengan baik , semua saling mengerti dan memahami, bahwa
kerukunan hidup bersama hanya bias disiptakan dengan sikap keterbukaan. karena
diantara kita telah memahami dan menyepakati serta menghargai perbedaan. Dengan menghargai perbedaan tersebut akan
mampu mereda gejolak dan konflik.
Contoh yang dapat dikemukakan disini , sebagai bentuk keterbukaan yang menyangkut kerukunan antar umat beragama , untuk
menciptakan kerukunan hidup adalah
saling menerima , saling menghormati, saling menolong , saling menghargai.
Ada bebarapa aspek
yang melandasi terbinanya
kerukunan antar umat beragama.
a)
Adanya pandangan mengenai
harkat dan martabat manusia itu
sama.. Semua manusia adalah sama citaan
Tuhan Yang maha Esa. Tidak sepantasnyalah manusia menyombongkan dirinya karena merasa lebih tinggi derajatnya dan martabatnya dari manusia lain. Mannusia diwajibkan untuk
saling menyayangi dan menghormati satu sama lain tanpa memperhatikan perbedaan suku dan agama.
b)
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai mahluk social. Sesuai
dengan kodratnya manusia sebagai mahluk
social maka dalam hidupnya selalu berusaha untuk hidup berkeluarga, bermasyarakat, berorganisasi,
berbangsa dan bernegara. Karena dalam kehidupan ini , manusia berhubungan ,
bekerjasama , saling menolong,atas dasar kebajikan.
c)
Manusia sama sama ingin hidup aman, tyentram dan damai. Untuk
mewujudkan kedamaian,
ketentraman hidup bermasyarakat ,
berbangsa dan bernegara, maka diantara
umat beraga haruslah saling menghormati
dan menghargai kebebasan beragama .
sebab apabila keadaan aman , maka
kehidupan beragama akan semakin subur dan khidmat. Sehingga lebih dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaan masing masing.
d)
Adanya kesamaan bangsa.
Walaupun terddiri dari berbagai
suku atau etnis tetapi mengakui sebagai satu bangsa Indonesia,
mengaku sama sama warga Negara Indonesia.
e)
Dll.
Untuk dapat
mengembangkan sikap hidup rukun antar
umat beragama kita hendaknya;
1.
Mendalami
ajaran agama kita sendiri untuk
meningkatkan keimanan.
2.
Mengembangkan sikap toleransi antar umat beragama.
3.
Meyakini bahwa kita adalah bangsa yang satu , memiliki
nasib, cita cita yang sama.
4.
Tidak menghina dan mengejek agama dan kepercayaan orang lain.
5.
Tidak menyebarkan agama
kepada orang lain yang sudah beragama.
6.
Tidak membeda bedakan
manusia karena berbeda agamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar